RSS

Harmonisasi Pemuda dalam Menyikapi Perubahan Iklim

19 Nov

934873_578765148935298_2586293473758020397_n

Acara                     : Youth For Climate Camp 2014

Tema                     : Harmonisasi Pemuda dalam Menyikapi Perubahan Iklim

Penyelenggara      : Dewan Nasional Perubahan Iklim

Tempat                  : Villa Ratu, Bogor, 14-16 November 2014

Pembicara :

1. Dr. Agus Supangat (Koordinator Divisi Peningkatan Kapasitas Penelitian dan Pengembangan DNPI)

2. Ari Muhammad (Sekretaris Koordinator Adaptasi Perubahan Iklim DNPI

3. Farhan Helmy (Sekretaris Koordinator Mitigasi Perubahan Iklim DNPI)

Bacaseminar- Perubahan iklim akhir-akhir ini memberikan ancaman serius bagi kehidupan manusia, flora, dan fauna. Selain itu, perubahan iklim telah memicu serangkaian bencana alam baik skala nasional maupun uuglobal. Bahkan, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selama 2012-2013 ada peningkatan 600% bencana di seluruh wilayah Indonesia. Serangkaian bencana alam yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia lebih banyak udisebabkan karena faktor iklim. Hal ini, dapat disaksikan ketika rentetan bencana banjir bandang, kekeringan ekstrem, kelangkaan air bersih, dan lainnya menerjang beberapa wilayah di Indonesia. Selain itu, perubahan iklim juga menimbulkan dampak yang merugikan seperti kekurangan air bersih, hasil panen rendah, kekurangan pangan, cuaca ekstrem, merebaknya demam berdarah, kerusakan akibat banjir, erosi pantai, risiko ekosistem, dan tangkapan ikan yang mulai menurun.

Terjadinya perubahan iklim sendiri tidak dapat dilepaskan dari aktivitas manusia yang kurang bersahabat dengan bumi. Hal ini, ditegaskan dari hasil penelitian United uNations Enviroment Programme (UNEP) yang menyatakan bahwa perubahan iklim disebabkan oleh aktivitas manusia itu sendiri (antropogenik). Semenjak manusia menjalankan praktek revolusi industri tahun 1850-an, kandungan Karbon Dioksida (CO2), Metana (CH4), dan Nutrioksida (N2O) di atmosfer mengalami peningkatan yang signifikan. Padahal, dengan semakin banyaknya kandungan gas-gas tersebut (CO2, CH4, dan N2O) di atmosfer akan menyebabkan gas rumah kaca (GRK). Gas ruma kaca (GRK) inilah uyang nantinya akan memicu suhu bumi semakin panas. Hal ini, dapat dirasakan sekarang, suhu bumi selama 100 tahun terakhir telah mengalami kenaikan antara 0,5 -1,075 oC.

Selain itu, dalam penyampaian materi tentang “Memasyarakatkan Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim” Dr. Agus Supangat dan Ari Muhammad menyatakan bahwa terjadinya perubahan iklim lebih banyak disebabkan manusia (antropogenik). Selain itu, masyarakat Indonesia dan masyarakat global masih memandang perubahan iklim termasuk dalam kajian nonscience. Padahal, jika ditarik lebih jauh perubahan iklim memerlukan sinergis antara ilmu meteorologi, klimatologi, kebumian, lingkungan, sosial, dan ekonomi. Sehingga perubahan iklim harus didukung dengan data-data statistik dari hasil penelitian berbagai cabang ilmu.

Selain itu, Dr. Agus Supangat menyoroti tentang adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di Indonesia. Perubahan iklim yang telah terjadi saat ini tidak dapat dihindari. Baik negara maju, negara berkembang, dan negara miskin pun merasakan dampak dari perubahan iklim yang sama. Namun, yang membedakannya adalah dari segi adaptasi (penyesuaian) dan mitigasi (pencegahan)-nya dari masing-masing negara. Hal ini, dapat dibedakan sebagai berikut:

  1. Negara Maju pada umumnya lebih mudah menyesuaikan dengan perubahan iklim. Hal ini, karena negara maju udidukung dengan Ilmu dan Teknologi yang baik. Selain itu, negara maju lebih siap dengan dampak dari perubahan iklim karena infrastruktur lebih canggih, tertata, rapih, dan berkelanjutan, ketahanan pangan yang stabil, perekonomian bangsa yang kuat, dan sumber daya manusia yang berkualitas.
  2. Negara Berkembang sangat rentan menerima risiko lebih besar dari perubahan iklim. Hal ini, disebabkan karena negara berkembang masih bergulat dengan kebutuhan dasar (sandang, pangan, dan papan) yang layak untuk penduduk negaranya. Selain itu, negara berkembang yang menggantungkan penghasilannya di sektor pertanian dan perikanan sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim.
  3. Negara Miskin risiko dari perubahan iklim sangat tinggi. Hal ini, disebabkan perubahan iklim dapat memicu kejadian bencana yang berantai dan berakibat sangat buruk bagi negara miskin.

Segingga pada dasarnya konsep adaptasi (penyesuaian) dan mitigasi (pencegahan) perubahan iklim di Indoenesia harus di pahami secara menyeluruh bukan parsial. Mulai dari sekarang manusia (penduduk, masyarakat) harus dapat menyesuaikan dengan perubahan iklim. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah dampak dari perubahan iklim agar tidak semakin buruk yaitu dengan (1) membangun gedung, rumah, dan perkantoran yang berkelanjutan (green design), (2) menamam pohon, (3) menghemat penggunanaan listrik (4) beralih ke energi ramah lingkungan, (5) menggunakan energi ufosil secara bijak dan efisien (6) membudayakan bike to campus, bike to work, dan lainnya. (7) tidak menggunakan kantong plastik saat berbelanja (8) gunakan botol isi ulang. Karena sekali lagi, perubahan iklim terjadi secara luas (mengglobal) bukan di Indonesia saja. Jadi semua negara dunia mempunyai kewajiban melindungi dan menjaga bumi satu ini. Menjaga bumi sekarang berarti menjaga masa depan anak cucu kita.

Penulis :

Kholik

Mahasiswa Pendidikan Geografi

Universitas Negeri Yogyakarta

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 19 November 2014 inci Lingkungan

 

Tag: , , , ,

Tinggalkan komentar